Jakarta: Warga desa yang tinggal di pedalaman
Kalimantan telah membunuh setidaknya 750 orangutan dalam periode
setahun. Menurut hasil survei jurnal PloSOne, Senin (14/11), pembunuhan
itu kebanyakan disebabkan oleh usaha para petani yang mencegah orangutan
tidak menyerang dan mengambil hasil tanaman.
Penulis survei, Erik Meijaard, juga mengkhawatirkan hal tersebut bakal
menjadi ancaman yang lebih serius terhadap keberadaan populasi kera
merah. Indonesia merupakan rumah bagi 90 persen dari total populasi
orangutan yang tinggal di hutan. Selain itu, Indonesia juga diselimuti
hutan hujan sejak 50 tahun lalu, tetapi setengah pohon-pohon di hutan
itu telah ditebang sejak dunia membutuhkan pasokan lebih banyak kayu,
kertas, dan minyak kelapa sawit.
Sebagai hasilnya, sekitar 50.000 sampai 60.000 kera yang tersisa itu
hidup tersebar, terdegradasi hutan, bahkan berujung kematian setelah
terlibat konflik dengan manusia. "Survei kami ini mengindikasikan bahwa
pembunuhan orangutan terjadi semakin serius di dalam kawasan hutan, di
mana mereka diburu seperti spesies lainnya," kata Meijaard. "Ini
tampaknya menjadi fakta yang tidak mengenakan, tetapi ini tidak bisa
dibiarkan lebih lama lagi," tambahnya.
Nature Conservancy dan sekitar 19 organisasi swasta lainnya, termasuk
WWF serta Persatuan Ahli dan Pengamat Primata Indonesia, mencetuskan
survei ini agar mendapatkan pengertian yang lebih baik dalam pembunuhan
orangutan. Mereka mewancarai sebanyak 6.983 orang di 687 desa di tiga
provinsi Kalimantan, yang juga berbatasan dengan Malaysia dan Brunei,
pada April 2008 sampai September 2009.
Hasil dari wawancara itu diekstrapolasi ke populasi dengan sasaran
laki-laki 15 tahun dan lebih tua, dikarenakan hanya 11 wanita yang
dilaporkan telah membunuh orangutan. Hal itu juga menunjukkan bahwa
setidaknya 750 kera telah tewas selama tahun sebelumnya.
Neil Makinuddin, manajer program dari Nature Conservancy, mengatakan,
mereka terkejut dari hasil responden yang dilaporkan telah membunuh
orangutan dan setengah dari hasil itu dilaporkan memakannya.
Hasil penelitian itu juga mengatakan, beberapa dikonsumsi setelah
dibunuh karena orangutan tersebut memasuki kawasan ladang atau
dikarenakan warga takut dengan binatang itu. Beberapa lainnya langsung
diburu untuk daging mereka. Setiap warga yang membunuh juga mengaku
telah membunuh orangutan setidaknya satu atau dua ekor selama hidupnya.
"Orangutan itu bukan bagian dari rantai makanan harian orang," tegas
Meijaard, selaku penasehat senior di People and Nature Consulting
International. Juru bicara Kementrian Kehutanan Indonesia, Ahmad Fauzi
Masyhud, juga mengaku belum menerima laporan tersebut dan menyebutnya
sebagai kabar "bombastis".
"Kami harus mengecek ulang apakah berita itu benar atau salah. Tetapi, saya masih ragu dengan itu," kata Masyhud.
Namun, Meijaard tetap bersikeras dengan menyatakan bahwa sekarang
saatnya untuk menghadapi fakta-fakta tersebut. Ia juga mengaku telah
melihat banyak tengkorak orangutan, kulit dan tangannya yang dipotong,
serta mendengan banyak orang yang mengaku pernah membunuh atau memakan
orangutan. (SunTimes/AP/MEL)
Sadis! 750 Orangutan Dibunuh dalam Setahun
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar