LONDON, — Kontroversi
penyelenggaraan kompetisi tujuh keajaiban alam baru dunia (New7Wonders
of Nature) tidak hanya terjadi di Indonesia. Harian terkemuka Inggris, The Guardian, dalam situs web-nya,
Kamis (10/11/2011), melaporkan, kompetisi selama empat tahun untuk
menentukan tujuh keajaiban alam baru dunia itu menjadi kontroversi di
sejumlah negara setelah pemerintah negara-negara itu menuduh
penyelenggara, yaitu New7Wonders Foundation, meminta uang jutaan dollar
AS dari peserta sebagai biaya pemasaran.
Jajak pendapat untuk New7Wonders of Nature, berdasarkan klaim penyelenggara, telah menarik jutaan pemilih dari seluruh dunia yang memilih tujuh corak alam terajaib dari 28 daftar pemandangan alam yang meliputi, antara lain, Great Barrier Reef, hutan hujan Amazon, Kepulauan Maladewa, Luat Mati, dan Taman Nasional Komodo dari Indonesia. Daftar tujuh keajaiban alam baru akan secara resmi diumumkan Jumat ini setelah empat tahun jajak pendapat online dan via SMS (telepon) secara global.
Jajak
pendapat itu, yang diselenggarakan New7Wonders Foundation dan cabang
lembaganya, New Open World Corporation, diluncurkan tahun 2007 setelah
penyelenggaran serupa untuk menemukan tujuh keajaiban baru dunia yang
penyelenggara klaim telah dipilih oleh lebih dari 100 juta orang. Jajak
pendapat itu merupakan gagasan Bernard Weber, seorang pengusaha dan
pakar pemasaran Kanada-Swiss. Weber ingin menciptakan "tujuh simbol
warisan (heritage) dan alam untuk menjadi bagian dari Global Memory.
Menurut Guardian,
lebih dari 440 keajaiban alam diserahkan dari 220 negara pada 2007 yang
kemudian dipangkas menjadi tinggal 28 finalis pada tahun 2009 oleh
sebuah panel ahli yang dipimpin Profesor Federico Zaragoza, mantan
kepala UNESCO. Untuk memastikan bahwa jajak pendapat itu fairbagi
negara-negara kecil dengan populasi yang sedikit pula, maka hanya 10
persen suara dari negara di mana lokasi (alam) yang menjadi peserta yang
akan dihitung, 90 persen sisanya akan didapat dari suara global.
Jajak
pendapat itu akan ditutup tepat pada pukul 11.11 GMT (18.11 WIB) pada
tangal 11 November 2011. New7Wonders Foundation menyatakan, penghargaan
itu akan menawarkan peluang promosi dan pemasaran bagi para pemenang.
Namun,
kompetisi itu telah menjadi sedemikian kontroversial akibat biaya
pemasaran tersembunyi yang dimintakan penyelenggara untuk dibayar setiap
finalis. Setelah pada awal membayar biaya pendaftaran hanya 199 dollar
AS per peserta (lokasi alam), setiap negara kemudian diminta untuk
mengambil bagian dalam kampanye level tinggi untuk pemasaran global
termasuk tur keliling dunia. Akibatnya, pada Mei lalu Pemerintah
Maladewa mundur dari kompetisi itu setelah menerima permintaan uang yang
mengejutkan, yaitu setengah juta dollar AS. Pada Agustus, Pemerintah
Indonesia, yang mewakili Taman Nasional Pulau Komodo, kemudian menyusul.
Pihak Indonesia mengatakan, penyelenggara kompetisi itu meminta 10 juta
dollar AS sebagai biaya lisensi dan 47 juta dollar AS lagi untuk
menjadi tuan rumah upacara penutupan sekaligus pengumuman pemenang.
Todung
Mulya Lubis, pengacara yang mewakili Kementerian Pariwisata Indonesia,
mengatakan masih mempertimbangkan tindakan hukum terhadap yayasan itu.
"Kami ingin memberi mereka pelajaran bahwa sebagai sebuah yayasan yang
menarik perhatian dunia, mereka harus adil terhadap peserta kompetisi,"
kata Todung seperti dikutip Guardian. Meski menolak untuk membayar, kepulauan Maladewa dan Taman Nasional Komodo masih tercatat sebagai finalis oleh penyelenggara.
Gordon
Oliver, mantan Wali Kota Cape Town, (Table Mountain di Cape Town
menjadi salah satu peserta kompetisi), mengatakan kepada Cape Times,
"Apa otoritas organisasi itu menentukan sebuah keajaiban alam sebagai
finalis? Sangat penting bahwa pihak berwenang kami mendapat mandat dari
organisasi tersebut yang menetapkan dirinya sebagai otoritas untuk
menentukan keunggulan corak-corak alam."
New7Wonders Foundation membantah telah mengenakan biaya yang sangat tinggi untuk menggunakan branding-nya
yang sifatnya opsional. Juru bicaranya, Eamonn Fitzgerald, mengatakan,
tuduhan itu tidak berdasar. Dia juga mengatakan, "Kami berharap bahwa
kami dapat menghasilkan surplus setelah kampanye ini, tapi semua uang
dari jajak pendapat digunakan untuk menjalankan kampanye dan
mempertahankan platform jajak pendapat demi sebuah persaingan global.
Kami tidak akan mengungkapkan berapa banyak suara yang telah
dikumpulkan. Dalam kampanye terakhir kami, ada 100 juta suara dan target
untuk kampanye ini adalah satu miliar suara."
Fitzgerald mengatakan, ada sejumlah biaya untuk menggunakan branding yayasan
itu, tapi dia tidak mau mengungkapkan besaran angkanya. "Angka-angka
itu berbeda setiap negara. Sesuai aturan, kami tidak mengomentari aspek
bisnis dan komersial, yang merupakan praktik standar dalam dunia
bisnis."
Aktivis
lingkungan Inggris, Tony Juniper, mengatakan, ide kompetisi itu baik
dalam teori. Namun, ketika harus memungut biaya, itu menjadi ide yang
buruk. "Ide tentang sebuah proses partisipasi global untuk melibatkan
jutaan orang melalui sebuah daftar tentang tujuh keajaiban alam
tertinggi dunia, menurut saya merupakan ide yang baik. (Namun)
membebankan biaya ke sebuah negara untuk biaya promosi pemasaran tidak,
terutama kalau itu negara berkembang."
0 komentar:
Posting Komentar